Selasa, 07 Juli 2015

Kita Semua Adalah Sama


Kita Semua Adalah Sama

Dalam sebuah perjalanan, tampak rasa lapar mulai menyapa para sahabat. Rasulullah SAW tersenyum, dan meminta perjalanan dihentikan. Untuk sejenak istirahat dan makan. Beliau meminta sejumlah sahabat menyiapkan makanan dengan menyembelih seekor kambing yang ada bersama mereka.

Seketika sejumlah sahabat berkata, ''Wahai Rasulullah, izinkan aku yang menyembelih kambing.''

Sahabat yang lain menyahut, ''Wahai Rasul, aku yang akan memotong dan menguliti kambing.”

“Aku yang memasaknya,'' sahut sahabat lain tidak mau ketinggalan berbakti kepada beliau.

Nabi tersenyum mendengar perkataan dan kesediaan para sahabat setia beliau itu. Lalu beliau berkata dengan senyum indah mengukir, ''Kalau begitu, aku yang akan mengumpulkan kayu bakarnya.''

Mendengar perkataan beliau, hampir serentak para sahabat berkata, ''Wahai Rasulullah, biarkan kami yang menyiapkan semuanya. Engkau sebaiknya istirahat, dan tidak perlu ikut bekerja.''

Nabi langsung menimpali, ''Aku tahu kalian akan mencukupiku, tetapi aku membenci bila aku dilebihkan di antara kalian. Sesungguhnya Allah membenci hamba-Nya yang menginginkan diperlakukan istimewa di antara sahabat-sahabatnya. Hingga dapat melahirkan energi sombong, merasa lebih dari yang lain.''




Agan yang baik, lihatlah bagaimana teladan utama dari manusia terbaik sepanjang masa, pemimpin utama umat manusia. Di antaranya dengan memahami bahwa sejatinya kita semua adalah sama, tidak ada keutamaan di sisi Allah kecuali karena takwa yang menghiasi lahir batin kehidupannya.

Rasul SAW sebagai sosok pemimpin yang tidak hanya disuka para sahabat, tapi dihormati para musuh. Pemimpin yang ditegaskan sebagai pempimpin terbaik sepanjang masa, seperti ditegaskan Michael Heart, dalam bukunya, “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia.

Dalam pendidikan kesetaraan antar sesama dalam pandangan Allah, meski sebagai pemimpin, bahkan sebaik-baiknya manusia, beliau tidak ingin dirinya terkesan khusus dari sesamanya. Karena merasa hebat, merasa lebih, merasa ingin dihormati hanyalah menumbuhkan sikap sombong. Sementara sikap sombong merupakan karakter utama musuh manusia, iblis la’natullah ‘alaih. Beliau dengan senang hati makan bersama pembantunya, duduk-duduk, berbicara dengan para budak. Bahkan beliau menyatakan bahwa siapa yang tidak menyayangi orang-orang lemah, itu berarti di luar golongannya. Seperti disebutkan dalam sabdanya, ''Siapa yang tidak menyayangi yang lemah dan tidak pandai memberi hak kepada orang-orang yang berhak, maka bukan termasuk golongan kami.'' (HR. Muslim)

Untuk menegaskan kita semua sama, Rasul SAW selalu hidup merakyat. Karenanya sebagai pemimpin beliau tidak hanya sebagai ''tukang perintah'', tetapi beliau turut serta bekerja, berbaur bersama rakyatnya. Di antaranya terbukti beliau selalu hadir berperang bersama kaum Muslimin. Pun beliau tidak malu ikut serta mengangkat batu, menggali parit, ketika terjadi pada perang Khandak, misalnya.

Sikap tersebut jika kita teladani, maka akan mengikis benih-benih kesombongan. Merasakan bahwa kita semua adalah sama di antara jalan utama patahkan dominasi sikap takabur atau sombong dalam jiwa kita. Salah satu usaha untuk mengantarkan puasa kita beroleh pahala dan bernilai di hadapan-Nya adalah berupaya untuk menjauhkan dari sifat takabur.

Takabur, sikap arogan atau juga sombong adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah swt. Karakter utama orang takabur itu melekat pada merasa lebih dan merendahkan orang lain. Rasulullah saw menegaskan, "Kesombongan adalah mendustakan kebenaran dan merendahkan orang lain." (HR. Muslim). Orang takabur pada umumnya jauh dari agama. Ia memiliki kebenaran versinya sendiri, sehingga tidak menyukai orang-orang lain yang berbeda dengan dirinya. Orang takabur apabila ia punya kekuasaan, maka cenderung menjadi alat untuk mempreteli kebenaran. Semoga Allah jauhkan kita dari sifat takabur, dan indah hidup berdampingan dalam perasaan sama di hadapan Allah swt.